Senin, 05 Juli 2010

...MATI SURI SEKIAN DETIK...

Kedua matanya melihat jiwanya terikat di bawah pohon besar,di tengah ladang saat senja mulai datang. ratusan anak rantai melilitnya bagaikan menjelma seekor ular yang melingkar antara jiwa dan pohon besar,luka-lukanya menganga,darahnya keluar bercampur nanah yang mulai mengering dan mulut serangga asik menjilati.

Kedua matanya mulai membengkak,menghitam menahan air mata yang memaksa keluar,hatinya tertelan kabut dosa,jantung berhenti berdetak sejenak,daun bibirnya terluka tergigit giginya sendiri. Kesalahan itu belum terbaca hingga hujan turun lebat.

Kedua matanya sayu,lelah menyaksikan suatu derita . jiwanya basah,darah dan nanah mengelupas dari jiwanya,terbawa air hujan,kemudian mengalir menuju danau dekat ladang. Jiwanya membiru,tak ada kehidupan yang aman untuknya,kecuali mati karna terikat rantai dan terluka.

Kedua matanya terpejam,seolah tau tentang kematian jiwanya. Hatinya mulai luntur dari kabut dosa,jantungnya kembali berdetak dan daun bibirnya mulai mengering meninggalkan sedikit luka,perih jika terkena air liur dari dalam mulutnya sendiri.

Kedua matanya kembali terbuka,di karenakan hujan berhenti dan pagi sudah tiba. Jiwanya sudah menghilang tertelan bersama air hujan yang meresap kedalam tanah ladang. Pohon besar itu masih berdiri kokoh,rantai yang menjelma seperti ular tergantung di antara ranting pohon.

Kedua matanya melihat ukiran tulisan di kulit akar pohon besar,tubuhnya membawa kedua matanya mendekat lebih dekat dan semakin dekat.

Kedua matanya memperhatikan,ukiran seolah berbicara mengeluarkan suara yang tetangkap kedua daun telinganya.

Kedua matanya kembali terpejam,menghayati maksud dan arti suara yang keluar dari sebuah ukiran.

BIARKAN SEGALA HAL YANG TERTINGGAL DI BELAKANG MU MENUJU KEMATIAN. KINI PERGILAH BERSAMA MATAHARI MENUJU KEBARAT.

Kedua matanya tebuka,merasakan jiwanya hidup kembali dan melupakan ingatan dari darah-darah tak berosa.

Minggu, 06 Juni 2010

...UKIRAN TERIMA KASIH DARI IBU DI ATAS MEJA...


Terbang menembus lubang-lubang kecil yang hampir tertutup lumut,sebelum bisa melihat awan. Ketika kawanan burung membawa senja,ribuan cacing di makan serangga dan putri lebah tertidur pulas,sepasang mata mencuri cerita dari sela-sela lubang berlumut.

Anak bawang menangis mencari selogam uang receh yang jatuh di saluran air,lengan mungil menjadi korban,mengocek-ngocek lumpur,meraba-raba mencari keberadaan uang logam.
air matanya keluar tanpa disadari,jumlah uang berkuang takut sesuatu tidak terbeli,hatinya bergetar menegangkan semua otot tubuh,keringat berlomba-lomba keluar dari celah pori-pori kulit yang kusam. Kedua kakinya melemas,anak bawang terduduk di depan saluran air,menunggu logam yang terjatuh bosan di dalam lumpur kemudian keluar karna tak tahan dengan baunya saluran air.

Lubang hampir tertutup rapat,awan belum juga bisa terlihat dan senja sudah datang karena kawan burung iseng terbang tidak dapat memakan cacing karena serangga lebih dulu menyantapnya,putri lebah terbangun dan marah karna pasukan lebah tidak dapat banyak madu. Sepasang mata asik mencatat kisah anak bawang yang menagis karna uang logam.

Senja menegur anak bawang agar lekas pulang,karena sang ibu meringkik kesakitan karna penyakit ganas menggerogoti bagian dalam tubuh si ibu. Tangisannya berhenti,anak bawang putus asa karna logam tak kembali lagi,langkahnya membawa menuju rumah tabib,ada obat yang harus di ambil untuk ibu. Tapi,tapi logam kurang satu,anak bawang harus berterus terang tentang kejadian tadi kepada tabib,bahwa selogam uangnya jatuh dan di curi lumpur yang bau. Kediaman dengan dua pintu besar yang terbuat dari kayu yang mahal,di antara celah-celah pintu bayangan anak bawang terlihat dari dalam rungan kerja tabib. "masuk lah,terlalu lama kau membiarkan ibumu sendiri di rumah" Mukanya pucat,takut tabib tak memberi obat karna logam kurang satu,anak bawang menunduk diam dan menahan suara tangis yang masih tersisa. bungkusan berwarna hitam yang berisi obat-obatan lansung di beri tabib,telapak tangannya yang besar mengusap rambut yang tumbuh di kepala anak bawang,suranya terdengar lagi untuk ke dua kalinya "simpan saja logam-logam itu,cepat kembali unutk ibumu"

lumut semakin tebal,diam-diam mengusir sepasang mata untuk mencuri cerita,awan sudah pasti tak terlihat karena senjapun sudah pulang di usir sang malam. Kawanan burung lelah dan kelaparan serangga asik mengusap perutnya karna terlalu kenyang sehabis menyantap cacing putri lebah takut tak punya persiapan makan di musim gugur nanti.

Langkah kecilnya lebih cepat 200 kali lipat,tubuhnya basah di guyur keringat. Kedua lengannya menggenggam logam dan bungkusan hitam untuk ibu. Langkahnya terhenti,kerikir jahat menghalangi,anak bawang terjatuh darahnya merah pelan-pelang keluar,genggamannya terbuka,semua berserakan,berantakan,karana kerikil jahat yang menghalangi. Logam berpencar di jalan yang penuh lubang,bungkusan hitam untuk ibu sobek mengeluarkan semua isinya.

Ibu melihat cahaya,terang kekuning-kungingan,ibu senyum malaikat datang lebih cepat sebelum anak bawang tiba di rumah. Air mata ibu hanya beberapa tetes menyambut sang malaikat,karena seharusnya sisa air mata si ibu untuk si anak bawang ketika datang membawa bungkusan hitam,tapi kerikil menghalangi langkahnya,ibu lebih dulu pergi bersama malaikat. Sepotong ukiran ucapan terimakasih dari ibu di atas meja dengan sendok yang sebelumnya di letakkan di pakai untuk mensuapin ibu sarapan pagi.

Anak bawang menagis lagi,waktu tak memberi harapan terakir semua berceceran tau mungkin ibu belum berpamitan,anak bawang menjerit kesakitan karna lukanya dan jerit kesedihan ibu pergi meniggalkannya. Langitnya hitam,tapi cahaya kekunig-kunigan terlihat,ibu terbang menembus lubang-lubang yang sudah tertutup lumut,karna sepasang mata sudah tak bisa mengintip dan mencuri kisah terakhir.

Tinggalah terdidur kawanan burung karna tak bisa menahan lapar,serangga terlalu pulas karna kekenyangan dan putri lebah pasrah mati kelaparan bersama para prajurit lebah lainnya,tau kematian itu ada bukan sebuah cerita.


Anak bawang bilang pada malam "tolong titip bungkusan hitam ini untuk ibu disana"


Jumat, 28 Mei 2010

...AKU INGIN LEBIH DARI 1 MIMPI...


Aku bediri tepat di depan lemari kayu,memandangi coretan masa lalu. Kedua mataku membaca salah satu tulisan tinta berwarna merah marun dengan huruf kapital yang besar. "mimpi itu bisa jadi kenyataan,tapi kenyataan bukanlah mimpi" aku mengelakan nafas dengan berlahan. Ini tulisan di waktu aku masih mempunyai mimpi itu,saat semua terasa mudah meraihnya,saat aku belum terpuruk seperti sekarang ini dan kini mimpi itu lenyap,hanya ada kenyataan yang sedikit berat untuk aku terima. Seribu lipat kekecewaan terbungkus dalam kardus yang terikat pita merah di luarnya menghias rapi,menjadi hadiah terunik tahun itu. Waktu terus berlalu,mimpi itu berbuah di pikiran ku,setiap harinya buah itu bertambah satu,sehingga memenuhi pikiran dan memaksa otak ku untuk terus memikirkan mimpi itu,entah kapan buah itu berjatuhan kemudian membusuk termakan benalu dan lenyap dari pikiran ku.

Lucu rasanya tersiksa oleh mimpi sendiri,serasa mengikat seluruh tubuh ku menggunakan tali baja dari ujung rambut hingga ujung telapak kaki ku. Seperti orang bodoh hanya diam tak bergerak karna ulah ku sendiri. Seharusnya ku mencoba melepaskan ikatan itu,meskipun dengan waktu yang lama,tapi itu suatu perjuangan untuk meraih mimpi ku selanjutkan. Hidup ini kan panjang,tidak mungkin manusia hanya mempunyai satu mimpi,jika ke gagal itu hanyalah hal biasa,tapi kesuksesan itu sangatlah luar biasa. Kini hanya aku yang bisa tentukan antara mimpi dan kenyataan.

sekarang waktunya untuk rubuhkan pohon mimpi tahun itu,bersihkan halaman pikiran dari buah yang semakin hari bertambah satu tapi pait rasanya,cabut akar pohon tanpa nama itu,taburkan bibit unggul di dalam pikiran ku. Kumpulkan tenaga untuk membuka jeratan tali baja yang mengikat tubuh ku,sehingga aku tidak lagi menjadi orang bodoh yang tertelan mimpi sendiri dan tak pernah nyata.

Aku kembali dalam ruang realita,dimana waktu takan mengulang dan takan menunggu sesuatu datang. Tapi aku yang mengikuti waktu untuk sesuatu yang baru.

...Kini aku terlahir kembali untuk sebuah mimpi...

Apa aku masih membutuhkan jawaban mimpi tahun lalu itu?

Senin, 24 Mei 2010

... ...KERAMAHAN SUASANA DESA YANG SUNYI...

Setiap harinya orang-orang sibuk di awal pagi dan setiap pagi. Sebagian besar penduduk desa berprofesi sebagai petani dan ibu rumah tangga,aku dan para anak petani lainya menyisihkan waktu pagi untuk bersekolah,dan kemudian sepulang sekolah meluangkan waktu untuk bermain gatrik dan permainan tradisional lainnya bersama anak-anak desa. Tetapi ada pekerjaan rutin yang tidak bisa aku tinggalkan,yaitu mengantarkan makan siang yang di titipkan oleh ibu untuk ayah di ladang,dan kemudian membantu ayah memandikan kerbau warisan kakek,yang kini menjadi miliknya. Setelah itu membantu ibu mencari kayu bakar untuk keperluan memasak di dapur,hingga sore harinya aku dan ayah pulang ke rumah,ibu sudah mulai mempersiapkan sarapan malam dan ayah masih membersihkan tanah merah yang menempel di ujung cangkulnya. Seperti biasa seember air hangat sudah tersedia di dalam kamar mandi yang di siapkan oleh ibu untuk aku mandi,segar rasanya,rasa capek yang melekat di tubuhku seolah luntur bersamaan di setiap guyuran air hangat. Setelah itu saatnya aku mengenakan pakaian yang sudah di sediakan ibu dan diletakkaan di atas tempat tidurku. Baju kokoh,sarung dan kopiah,saatnya menunggu ayah selesai mandi dan menunggu adzan magrib berkumandang. Terdengar suara bedug,tanda waktu magrib tiba,adzan magrib berkumandang dan ayahpun sudah siap untuk melangkahkan kakinya menuju tempat yang suci itu,sebelum berangkat aku mencium telapak tangan ibu terlebihdahulu untuk berpamitan,dan ibupun juga mencium telapak tangan suaminya yaitu ayahku sendiri,dan sebelum kami melangkahkan kaki,ibu berkata "JANGAN PERNAH LELAH UNTUK TERUS MEMOHON KEPADANYA" aku dan ayah tersenyum. sepasang sandal bakiak mengantarkan langkah ku dan ayah menuju masjid yang terletak di tengah-tengah ladang. Ternyata masjid sudah di penuhi jamaah yang tidak lain penduduk sekitar desa ku,dan suasana kekeluargaan sangat teras di dalam masjid. Komat mulai terdengar dan imampun mulai menyuruh para jamaah merapatkan shafnya,dan saatnya menundukan kepala kemudian mengangkat kedua telapak tanggan setinggi telinga dan meletakannya di depan dada,sambil berucap "ALLAHUAKBAR". setelah bersujud kepadanya sebanyak tiga rakaat,selesai salam rakaat terakhir mulailah aku meletakaan kedua telapak tangganku yang terbuka tepat di depan wajahku,dan doapun mulai kusiram dari dalam hati yang suci ini,dan selembar harapan doaku semakin menumpuk di meja sang pencipta. Selesai berdoa aku dan ayah kembali kerumah dan ibu sudah menanti kami berdua di meja makan,wah,sepertinya perutku dan ayah mulai keroncongan setelah bekerja seharian penuh. Tidak banyak bicara aku dan ayah lansung menghampiri meja makan yang sudah di penuhi piring-piring yang berisikan menu makan malam. Seperti biasa ikan asin,tahu,sambal dan setengku nasi putih hangat menu favorit keluargaku. Dengan lahap kami santap,tidak lupa canda-canda kecil yang di tawarkan oleh ayah dan tawa yang keluar semakin menghangatkan suasana. Kenyang sudah perutku,saatnya membaca buku pelajaran di kamarku,yang hanya di terangi lampu badai dan nyanyian serangga malam mulai terdengar kencang di telingaku. Kemudian ibu mulai melanjutkan pekerjaan malamnya,menyulam di teras rumah dan ayah mulai meniupkan nada seluring bambu menemani ibu dan warga sekitar melewati malam yang indah di desa yang sunyi ini.

Malam semakin tebal,tiba-tiba hujan turun dengan derasnya,kamipun mulai sibuk di buatnya. Beberapa ember yang biasa untuk mandi dan mencuci pakaian,kami letakkan di bawah atap yang bocor,air semakin banyak yang memaksa masuk kerumah,dan genangan airpun tidak bisa di usir,pasrah sudah malam ini. Sepertinya aku,ibu dan ayah akan tidur bersamaan di atas meja makan,karna kasur yang terletak di dalam kamar kami basah kuyup terendam air hujan yang masuk dari lubang atap rumah keluargaku. Dingin makin mengancam,dan gelap sudah pasti menjadi teman di malam ini. Karna tidak ada penerangan sama sekali,dan mulai redup nyanyian serangga malam yang mungkin terdiam karena rumah mereka juga terendam air hujan dan terbunuh dinginnya malam. Semakin sunyi,benar-benar sunyi malam ini. Ibu mulai memeluk ku,dan menyanyikan nyanyian semenjak ku kecil,dan ayah asik menggantikan peran sang serangga malam dengan seluring bambunya. Indah terdengar,sungguh nyaman aku di buatnya,hingga tak sadar akupun terlelap dalam pelukan ibu dan terhanyut dalam nada seluring bambu ayah di atas meja makan keluarga ku.

Pagipun mulai mengetuk pintu rumah,dan serangga pagi mulai kembali bernyanyi,kemudian embun pagi mulai luntur dari dedaunan. Saatnya bangun dan mengucapkan "selamat pagi desa yang sunyi" ,setelah aku bangun ayah dan ibuku sudah tidak ada di dalam rumah,mungkin ayah sudah pergi ke ladang dan ibu mungkin sedang membeli sayuran. Saatnya mempersiapkan diri untuk berangkat ke sekolah,ketika aku bergegas menuju kamar mandi,tiba-tiba aku mendengar teriakan-terikan warga desa di luar sana,sepertinya pagi ini kurang baik kabarnya. Dan rupanya aku mendengar suara ayah yang terselip diantara teriakan-teriakan warga desa, Tidak lama aku mengurungkan niat untuk pergi ke kamar mandi,dan keluar rumah untuk melihat apa yang sedang terjadi. Jelas,aku melihat dengan jelas,tepat di depan rumahku,ratusan warga yang sedang berdiri berjajar membuat pagar pertahanan untuk mengamankan ladang mereka,dan aku mulai terkejut ketika melihat ratusan pasukan bertameng dan pukulan besi sedang berusaha menembus pagar pertahanan penduduk desa ku. Aku hanya bisa diam dan menangis ketika pagar pertahanan tertembus oleh ratusan pasukan yang bertameng,mereka mengusir penduduk dan melontarkan pukulan dengan tongkat besi ke arah penduduk desa yang mencoba mempertahankan ladangnya. Laki-laki dan wanita desa bergabung di sana,anak-anak,orang dewasa dan orang-orang tua juga bergabung mempertahankan surga mereka yang ingin di ambil oleh orang-orang yang memanfaatkan jabatan dan kekayaan mereka. "tidak",aku berteriak ketika aku melihat sesosok yang aku kenal sedang di pukuli pasukan yang bertameng. Iya,itu ayahku,terkapar di jalan dan keluar darah dari kepalanya. Ibuku langsung memeluk ayah yang sudah terkapar karna luka pukulan yang cukup parah,ibu menangis,penduduk desa menagis,dan aku juga menangis. Sebagian warga masih ada yang coba untuk melawan dan sebagian warga banyak yang lari terbirit-birit dan banyak juga dari mereka yang tumbang karna luka pukulan yang di derita seperti ayah ku. Aku berjalan pelan dari pintu rumah menuju ibu yang sedang memeluk ayah,air mataku terus keluar dengan deras sampai tepat aku berdiri di depan ibuku,air mataku tetap turun membasahi kedua pipiku. Ibu menarik tanganku,hingga posisiku terduduk tepat di sisi ibu dan ayah,kembali ibu memelukku,pelukan yang sangat hangat dan haru. "ayah,ayah" dengan pelan ku ucapkan lewat mulutku yang kecil mungil ini. Selang beberapa menit suasana desa mulai sedikit tenang di banding sebelumnya.

Tak lama aku melihat sedan mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan ladang,kemudian turunlah seorang pria berjas hitam dengan sedikit kumis tepat di bawah hidungnya dan membawa tongkat serta cincin emas di jarinya dan sebuah cerutu yang mengeluarkan sedikit asap. Pasukan bertameng dan bertongkat besi itu langsung membuat pagar pertahanan untuk melindungi si orang kaya dengan sedikit kumis itu,sebuah alat pengeras suara di berikan oleh salah satu kacungnya kepada si kumis kucing (sebutan untuk si orang kaya) untuk berpidato di tengah-tengah penderitaan penduduk desa ku. "selamat pagi,bapak ibu. maaf sekali lagi jika terjadi seperti ini,kami sudah memperingatkan berulangkali kepada sodara sodari sekalian untuk angkat kaki dari desa ini secepatnya. tapi,sampai detik ini kalian masih saja menjadi benalu di tanah pemerintah ini". Iya,setau ku tanah ini memang milik pemerintah,dan kami para penduduk desa hanya menjadi buruh untuk sekedar mengelolah lahan yang tadinya kosong,dan kami manfaatkan untuk menjadi mata pencarian penduduk desa. Bahkan sebelumnya dan setiap bulannya kami di mintai pajak dari hasil panen. Lantas warga desa langsung bersorak ketika mendengar kata "benalu" yang di ucapkan dari mulut si kumis kucing,karna mereka merasa terhina. Tetapi si kumis kucing tidak menghiraukan sorakan itu dan si kumis kucing makin asik melanjutkan pidatonya. "iya,ini tanah ingin kami bangun sebuah apartement,jadi kalian silahkan membereskan barang-barang anda dan pergi dari sini secepatnya". Kemudian ayah,ibu,penduduk desa dan aku kecewa mendengar keputusan seperti ini,semua warga mulai membereskan barang-barang yang bisa di bawa seadanya,aku dan ibu merangkul ayah untuk membawa ke teras rumah,kemudian ibu mengambilkan kain basah dari dalam rumah dan segelas teh hangat kemudian di berikan pada ku,untuk membersihkan luka di kepala ayah,sedangkan ibu sibuk membereskan barang-barang yang bisa di bawa pergi. Tidak banyak,hanya baju aku,ayah dan ibu kemudian seluring bambu milik ayah dan tidak lupa kerbau warisan dari kake ku. Setelah ibu selesai membereskan barang-barang,dan ayahpun juga sudah merasa lebih baik,kemudian kami bertiga pergi meninggalkan desa dan menyusul penduduk desa lainnya yang pergi lebih dulu. Sambil berjalan pelan meninggalkan desa,secara bersamaan pasukan bertameng langsung merobohkan secara paksa rumah-rumah penduduk desa,termaksud rumah keluarga ku. Yang di dalamnya tertinggal ribuan cerita,cinta dan duka yang ikut terkubur dengan puing-puing bangunan. Hari ini desa tidak lagi sunyi,ratusan petani dan ibu rumah tangga menangis sambil gigit jari,anak-anak tak lagi bisa bermain,dan aku tidak akan bisa mengantarkan makan siang untuk ayah,memandikan kerbau dan mencarikan kayu bakar untuk keperluan ibu memasak. Tidak,tidak akan pernah terjadi lagi. Dan hari ini sepertinya keluarga ku dan penduduk desa lainnya kembali mencari desa yang sunyi dan berharap tidak akan terulang lagi kejadian seperti ini.

...KESUNYIAN KU BERSAMA KEPEDIHAN KU...

Kutatap langit merah menjingga

Harapan dan keinginan membias pudar

Sendiri dalam dunia semu,membisu terpaku dalam tegarku merintih

Sakit di hati seakan nyata,dan coba tuk palingkan muka

Namun,kesunyian menyapa ku

Bersama lirih senandung melodi kepedihan

Kemana hilangnya kebahagian yang di anuggrahi oleh mu

Hingga,aku terperangkap dalam kesendirian

...TIK...TIK...

Kabut lepas dari malam,subuh menggigil dingin embun di dedaunan menyapu mimpi sebuah botol kosong. Isinya terbuang,tertelan suara cempreng bertubuh kekar. Layang-layang terbang mendekati awan,memberi pesan turunkan hujan. Ranting kering takut bunga tak tumbuh mekar,ribuan serangga berhenti mencari makan. Awan membaca pesan layang-layang,alam berharap mendung segara datang. mengisi botol kosong,membiarkan ranting di tumbuhi bunga dan serangga kembali bekerja mencari makan. Tik..tik.. gerimis menyapa bersama senja,sebentar lagi hujan,tenang dan rasakan.

Minggu, 09 Mei 2010

...TERJUAL MAHKOTANYA...


Langit hitam,hilang sudah birunya di usir mendung.
Hujan bernyanyi ramai,petir halilintar mengeluarkan nada mengagetkan.
Angin berlari-larian,debu hanyut terbawa air kesolokan.

Hati wanita ketakuan,hilang termakan dingin.

Menagis sendiri di pojokan,menahan perih selaput darah terbuka lebar.
Si om asik menikmati hujan,melupakann istri di rumah manja bersama si muda.

Hujan di mata si wanita,terjual sudah mahkotanya.

Pakai lagi piama itu,minum kopi nanti kita lanjutkan.

Pertama yang menyakitkan,tapi sirna di bilas kenikmatan.
basah berkali-kali,liur keringat mengaduk satu gejolak sama rata sama rasa.

Kopi habis,libido muncul memancing urat nadi berdiri kencang.
Letakan tubuh mu di ranjang,satu kan tujuan dan pkiran.

Dompetku masih tebal,tenang kunci mobil sudah di tangan.

Si om asik keringetan.



Sabtu, 01 Mei 2010

...TUAN MENYENGIR...

Kantung kering tuan menyengir

Minggir-minggir jebol berangkas selagi tuan menjadi pemimpin

Rakyat semakin miskin

Tak peduli,kini tuan semakin tajir

kami sedang mengintip

Di layar kaca tuan tejepit

Wartawan disana-sini

Tuan semakin terkenal

Rakyat menuntut tuan di hakimi

Di jebloskan ke dalam bui

Karna tuan ketawan mencoceng uang negri

Tapi,hakim memukul palu tiga kali

Tidak berani mengakhiri kasus ini

Amplop di tangan kiri

Akhirnya tuan bebas lagi

Kembali terlihat tuan di layar kaca

dengan senyum menawan

Wartawan masih saja mencari berita

Sedangkan kawan-kawan percuma berteriak

"HAKIMI TUAN...MASUKAN TUAN KE BUI"

Dan rakyatpun kecewa

Sungguh hebat si tuan,mempunyai banyak uang

Selasa, 27 April 2010

...RIBU...

Seribu bidadari kecil yang aku kirim untuk mencium mu,ibu.
Tanda rindu ku.

...MALAM AWAL MUSIM KEMARAU...

Malam terasa sangat panas,mungkin sudah mulai memasuki musim kemarau,hampir setiap harinya tubuh ini di banjiri keringat yang keluar dari dalam tubuh. Sedikit angin yang berhembus dan sedikit pula nyanyian binatang malam,hanya terlihat beberapa serangga yang sedang asik berterbangan mengelilingi ruang kamarku. Entah apa yang di cari oleh seranga-serang itu,sampai-sampai aku sendiri bosan melihatnya,berputa terus berputar layaknya pesawat yang kehilangan kendali.
"dasar serangga bodoh",sebaiknya kalian pulang kerumah masing-masing karna malam sudah larut,mungkin istri dan anak-anak mu sedang menunggu kepulangan mu dan berharap kau membawa sesuatu untuknya.

Malam masih terasa panas,kemana angin-angin malam ini,berkunjunglah ke kamarku berikan kesejukan walaupun hanya sebentar. Lihat,lihat butiran-butiran keringat mulai bermunculan kembali,kain tipis yang melekat di tubuhku sudah kembali melembab yang di sebabkan kau "angin" tidak mau datang ke kamarku. "Apa perlu aku memberi tahukan hal ini kepada TUHAN??"
Biar nanti kau di beri hukuman olehnya,
"apa kau mau di hukum wahai angin??"
Jawab pertanyaan ku,aku rasa kau sedang mengumpat dan ketakutan dengan wajah yang pucat serta tubuh mu yang bergetar. "Hahahaha" suadahlah aku tidak akan laporkan hal ini kepada TUHAN asalkan sekarang kau datang dan tiupkan sedikit kesejukan untuk ku,agar aku bisa tidur lelap di awal malam musim kemarau ini. Baiklah kalau begitu aku beri waktu untuk mu,biar ku hitung sampai tiga kali,jika dalam hitungan ke-tiga kau belum juga datang lihat saja apa yang akan aku lakukan.
Satu.
Dua.
Ti...Ti...Tiga.
"angin,angin apa kau sudah datang?"
Sepertinya aku belum merasakan kehadiran diri mu.Baiklah kalau begitu akan ku beri satu kesempatan terakhir,jika kali ini kau tidak datang juga,jangan harap aku mau bersahatan lagi dengan mu angin dan akan aku laporkan hal ini kepada TUHAN. Akan ku hitung ulang.
Satu.
Dua.
Ti..Ti..Ti..Tigaaaaaa...
Wah,menyebalkan sekali,sepertinya kau tidak akan datang dan tidak pernah mau datang. Baiklah kalau begitu aku marah pada mu dan besok pagi akan aku laporkan hal ini kepada TUHAN,biar nanti kau di setrap di suruh berdiri di bawah teriknya matahari dangan satu kaki di angkat ke atas dan tangan kanan memegang daun telinga sebelah kiri. Biar tau rasa kau angin,dan jangan kau pernah berfikir aku hanya bercanda,ini sungguhan dan kau sangat menjengkelkan!!!

Malam awal musim kemarau tahun 2010 hanya temani serangga bodoh dan angin malam yang menjengkelkan. Sahabat telah terlelap dan mengeluarkan suara menggerung layaknya babi hutan yang kelaparan. Alunan musik miliknya nirvana masih terdengar keras dengan nada-nada yang sembarang dan sedikit noise yang menyelengking di gendang telinga,sebenernya kurang enak di nikmati pada malam hari yang panas seperti ini,tapi lagu ini membawa aku kemasa 90-an di mana banyak kedamain yang terbuang dan kebrutalan kaum remaja yang sangat merajarela. Planel,jeans rombeng,rambut acak kadul dan gaya hidup selengean. Itu,yang kini tergambar di otak ku,memutar balik roll film rekaman tempo dulu yang tersimpan di memori otak ku.

Kini,besama panasnya malam aku lelah dan biarkan aku terlelap meskipun serangga-serangga bodoh itu masih berputar-putar di ruang kamar ku,angin malam yang menjengkelkan dan alunan musik nirvana yang membawa ku terbang kembali menuju cerita masa lalu.
Tanpa peri ataupun bidadari malam akan sangat terasa panas.

-Selamat malam-

Kamis, 15 April 2010

...BU KU DATANG...

Anak ku hilang,tak ada kabar lisan ataupun tulisan.
Lupakah engkau dengan ku dan keluarga mu?(tanya si ibu)

Cepat pulang nak,meja makan sepi tanpa mu.

Cepat pulang nak,sudah ku bersihkan tempat tidur mu.

Cepat pulang nak,banyak sodara yang rindu dengan mu.

Cepat pulang nak,ada cerita yang mau ibu ceritakan untuk mu.

Cepat pulang nak,halaman sebelah sudah banyak tanaman baru.

Cepat pulang nak,tak perlu kau bohong masalah kuliah mu.

Cepat pulang nak,kenali pacar baru mu.

Cepat pulang nak,kini ibu dan ayah semakin tua.

Cepat pulang nak,kakakmu sedang mengandung.

Cepat pulang nak,ini tahun terakhir ibu mu bekerja.

Semoga kau cepat pulang.

Sabtu, 20 Maret 2010

... SEUNTAS HARAPAN ANAK ASONGAN ...

Pagi,lagi-lagi pagi menjemput dengan dingin yang menyubit kulit.
tak perlu mandi,bau badan ini masih sama seperti dua hari kemarin.
tidak perlu membereskan tempat tidur,karna penjaga toko sangat rajin membereskan pelantaran toko tempat ku tidur.
kotak mungil berisi jajanan sudah siap di gendong di depan dadaku.

SAATNYA BEKERJA

dan

SAATNYA PULA BERTARUNG DENGAN KEBERUNTUNGAN

Jika hari ini aku beruntung daganganku terjual banyak dan aku siap untuk makan enak.
tapi,jika keberuntungan itu tidak kunjung datang,maka terpaksa uang setoran menafkahi si perut yang lapar.

Huh,sungguh tidak enak jadi anak asongan.
tapi inilah hidup.
enek tidak enak
suka tidak suka
harus tetap di jalani.
yah,lagi-lagi untuk HIDUP.

Seandainya negri ini peduli denganku.
peduli dengan kehidupan orang-orang sepertiku.
mungkin aku sedang berada di ruangan yang di penuhi anak-anak seusiaku,dengan berseragam merah putih mirip dengan warna bendera negri ku 'sam'.
orang-orang tua di pekerjakan di tempat yang lebih layak tidak bau dan berdebu.
kesehatanpun terjamin dan biaya rumah sakit tidak mencekik batang leher untuk melunasi tunggakan obat-obatan dan fasilitas lainnya.

tapi,itu semua CUUUIIIIH....
ludahku mengenai mukaku sendiri.

sadar...sadar...

kami masih tetap berada di persimpangan jalan,terminal dan di sudut-sudut kota lainnya.
karna kami hanya bagian kecil dari negri ini.
kaum kecil yang di kucilkan oleh negri sendiri.

dan

kepedulian mu hanya sebatas PEMILU...



Selasa, 05 Januari 2010

...UNTUK SEBUAH RAHASIA...

Lihat,lihat dengan mata ku.
Tepat di depan ku,kau berdiri di depan mata ku.

Setonggak tongkat berlumur kuning keemasan,dan jubah berlapis baja.
Mahkota mu tertutup rapat.
Sulit ku baca kalimat apa setelah mengenal mu.

Kau,wanita bermahkota.
Suara mu melukis cepat di batin ku dengan ribuan warna.
Tawa mu mengharukan ku ketika semangat mendekati mu pudar karna sesuatu.

Hey,kau wanita bermahkota.
Tunjukan wujud mu di dalam mahkota mu,tak jauh berbeda.
Tetap indah,bahkan lebih indah mengenakan mahkota.

Jika memang kau wanita,mungkin kau tau tentang seorang pria.

Pria tanpa perhiasan dan sedikit keahlian.
tandus dan berkarat mendekati kematian karna besarnya rasa keputus asaan untuk semua yang ia inginkan.

Wahai wanita bermahkota.
Apa kau bertanduk?
Melihat segalanya dengan kesempurnaan?

Aku,aku pria miskin dengan segala sesuatu,dan kau,kau wanita bermahkota yang di berkahi jutaan kesempurnaan di setiap pandangan ku.

Wanita,iya,kau wanita bermahkota.
Apa mungkin kau akan mengusir ku?
kemudian melempar selogam senyuman,jika kau tau akulah pria yang mengagumi mu?
Jika memang begitu,aku akan pergi tanpa pamit dan membuang RAHASIA ini.

Iya,ini RAHASIA.
Semua tidak tau dan bahkan semua bisa tau.

Jadi biarkan kau tau semua RAHASIA,mengapa wanita bermahkota ini ku tulis.

Karna....

Kau pasti tau,aku yahin tanpa harus ku beri tau.
Dan semua akan tau.

Untuk sebuah RAHASIA aku dan wanita bermahkota.



...KESUNYIAN KU BERSAMA KEPEDIHAN KU...

Kutatap langit merah menjingga
Harapan dan keinginan membias pudar
Sendiri dalam dunia semu,membisu terpaku dalam tegarku merintih
Sakit di hati seakan nyata,dan coba tuk palingkan muka
Namun,kesunyian menyapa ku
Bersama lirih senandung melodi kepedihan
Kemana hilangnya kebahagian yang di anuggrahi oleh mu
Hingga,aku terperangkap dalam kesendirian

...BENALAU...

Tak seperti rintikan air hujan yang membasahi daun
Duri-duri menyasat luka kecil di kulit ku
Mengukir semuanya dalam sajak dan lagu
Menyerap butiran embun ke dalam jasad ku
Melepas waktu dalam hati yang kelabu
Suara ku tak lagi terdengar merdu
Langkah ku runtuh di atas lelehan salju
Tubuh ku di timbuhi benalu
Tak tau malu dan tak berbaju

...TERSINGKIR...

Kupanjat tembok yang sangat tinggi
Merintih dalam hidup yang teramat sepi
Kutarik segenap luka dan bau busuk tubuhku sendiri
Di temani bayangan iblis yang sangat bengis
Kubiarkan mereka meludahi,menggores luka yang sangat perih
Keringat tergantikan darah yang sangat murni
Hujan menghapus segenap hati yang sedih
Mengubur jiwa yang tersingkir
Di dalam lumpur kesombongan anjing para penyihir

...KUKU...KU AKU...

Ku titipkan mimpi di di benak ku
Ku lukiskan jiwa di hidup ku
Ku bertanya pada diri ku
Siapa aku

Ku injakkan kedua telapak kaki ku
Ku terjatuh karna ku
Ku buta akan jalan hidup ku
Ada apa dengan ku

Ku menangis di dalam hati ku
Ku peluk jasad ku
Ku menjerit akan ketakutan ku
Tolong aku

AKU SESOSOK JIWA YANG TERINJAK
DAN TERBUNUH OLEH JIWAKU SENDIRI

...AKU BERSERAH KEPADA MU...

Ku lalui seribu liku jalan buntu
Kebisuan mulutku menyerupai mereka yang sedang bersujud
Berbahasa merdu dalam hati yang khusu
Ketulusan menghangatkan jasadku menempuh hidup
Penuh cahaya melindungi setiap langkahku
Lidah mengucap dzikir mengharapkan ridho di jalan mu
Aku ingin berserah kepada mu
Meskipun api dan cambuk akan melukai jasadku
Di bawah nisan yang telah berdebu

...KOSONG...

Aku sudah berkelana jauh sekali
Bahkan aku sudah berlari ribuan kaki
Hanya untuk mencari jati diri
Lelah aku terperangkap Dalam lorong hati ku sendiri
Tak ada suara nyanyian dalam sepi
Dan membunuh saat ku sendiri
Wahai rembulan,aku berharap kau ada di sini malam ini
Sehingga aku bisa berhenti menangisi diri ku sendiri

...SENDIRI LAGI...

Di antara sepi yang ku rasakan
Diri mu hadir membawaku pergi,Dari masa lalu ku yang begitu kelam
Di sini,saat kesendirian ku bayangan mu seakan datang
Menjelma nyata membuaiku
Dan membiarkan ku masih tetap sendiri di hari ini

...TERUNTUK NABILA...

Di kala semua telah berakhir,tercatat di dalam buku harian ku
seolah tak berdebu di antara moment terindah waktu itu
sejenak ku mengenang masa lalu,di antara malam yang tak berkabut
dingin menyelimuti ku,dalam kesunyian di bawah sinar rembulan

Kata-kata malukiskan suara hati yang hampir padam
memerah dan menghapus luka yang telah lama membekas
memutar di benak ku,pemikiran untuk mu kembali pada ku
di atas janji suci yang pernah kau ucapkan tahun lalu

Kini,aku masih menunggu hingga hujan tak kembali turun
mengundang semua peri berkumpul di taman tempat kita bertemu
aku merindukan kisah yang telah hilang di akhir bulan november itu
bulan yang gelap,dan tak ada satu bintangpun yang bersinar

Jangn biarkan aku berjalan sendiri semakin tinggi
dan terjatuh di atas ribuan kerikil yang meremukan jasad ku

Berikan jawaban itu di ujung samudra!!!
sehingga aku berharap pada angin membawanya kembali pada ku
seandainya bisa ku dapatkan,takan ku tunda merangkai cerita bersama mu
kan ku hadiahkan sepasang sayap kecil di punggung mu
yang selalu bercahaya dan menerangi hidup ku
untuk ku,berikan kepastian itu...

...AKU MUAK...

Semua melangkah menjauh
jejaknya terhapus di dinding kumuh
bau menyengat tak lagi ku hiraukan
biar semua mencaci
kotoran babi di telapak kaki
jilat lalu ku ludahi
melompat dan tak bisa berlari
siraman air di atas bahu
semua hilang dalam ragu
biar jejak itu membeku
melelahkan jantungku
bersuara merdu
membekukan otak ku
biar berlalu hingga aku malu

...INSOMNIA...

Aku rindu diri ku dalam terang yang benerang
Melahap kelam dalam kesunyian yang mengancam dalam kekosongan
Aku menyelinap keluar untuk bertamu sang fajar
Tapi,dia tak kunjung datang
Aku benci malam!!!
Tak berkawan,terkurung dalam kamar
Hingga mata ku terlelah lalu terlelap dalam gelap

...RATAPANISAN...

Tindasan di garis kehidupan,mengutarakan redup sunyi kematian.
Sebuah titik dimana datangnya penyeselan dan beribu peristiwa di dalamnya tercatat rapih.
Hingga tak ada satupun dari mereka yang bisa menghapusnya dan memutar balikan menjadi sebuah alur fiktif dalam realita.
Ini nyata!!!
Sungguh nyata di bandingkan sebuah film yang memanipulasi satu garis cerita.
Tak perlu tali,belati,LSD bahkan senapan.
Untuk menemukan titik di ujung kalimat kehidupan.
Diamlah dan sabar menanti.

...KESUNYIAN KU BERSAMA KEPEDIHAN KU...

Kutatap langit merah menjingga
Harapan dan keinginan membias pudar
Sendiri dalam dunia semu,membisu terpaku dalam tegarku merintih
Sakit di hati seakan nyata,dan coba tuk palingkan muka
Namun,kesunyian menyapa ku
Bersama lirih senandung melodi kepedihan
Kemana hilangnya kebahagian yang di anuggrahi oleh mu
Hingga,aku terperangkap dalam kesendirian

...SUKAKU-AKUSUKA...

Aku,aku,aku bukan kalian.
Kalian bukan aku,ataupun aku bukan kalian.
Biar aku tetap aku.
Kalian tetap kalian dan urus-urusan kalian masing-masing.
Jangan pernah ganggu aku!!!

...!@#$%^&*()>...

Mengapa hanya aku yang membiarkan mereka pergi.
Bukankah mereka juga bisa membiarkan aku pergi.
Aku mau pergi sendiri dan merekapun juga pergi.
Kalau begitu kita sama-sama pergi,pergi dan pergi yang jauh.
Jangan ada yang pernah kembali untuk mencari ku.

...SEBUT NAMA MAMAH 3 KALI...

Jemarimu meraba rasa cemas ku.
Kau usapkan sebuah sentuhan kasih,dan kau basuhi tubuhku dengan cinta mu.
Kau pukul aku akan sikap nakal ku.
Ku menangis di pelukmu saat nanti kau pergi lama.
Ibu aku ingin berada di dalam rahim mu lagi.
Sehingga aku selalu dekat dengan mu IBU.

...IMPIAN SI KECIL...

DUNIA...
Andai kau bisa mengajak aku terbang dan berputar-putar
menembus jagad raya.
Dengan sayap mengibas benua...
Samudra...
Dan daratan luas...

Akan ku hadiahkan engkau selimut lembu buatan ibu ku...
Agar engkau tidak sakit karna dinginnya udara di luar sana...

...SEPI-TA...

Sepita ku ikat di lengan kanan.
Erat melekat kencang.
Tiba di malam itu sepita lepas dari erat ikatan.
Terlepas dan terpasang di lengan kanan yang baru ku kenal.
Kini ku ingin mencari sepita itu lagi.
Dan ku ikat erat di kedua lengan kusam ku.

...TETESAN KEMARAU...

Tanah ku kering panas tak tertahan.
Kapan hujan?
kapan?
Hanya awan hitam dan Tiada tetesan air ku lihat.
Aku rasa hari ini tak jadi hujan.
Tidak mau tau.
Besok pagi aku ingin air hujan di pelantaran teras kosan ku.

...BULU TERIAK...

Anjing itu menangis.
Mengais-ngais makam si bungsu.
Menelan liur melihat tulang belulang berlapis ribuan belatung dan cacing yang kelaparan.
Sisakan sedikit tulang itu untuk ku.
'ucap ku'
Aku sekarat dan lapar.

...BINGUNG...

Apa yang harus aku tulis?
Apa yang harus aku mengerti?
Apa yang harus aku tanyakan?
Dan......
APA-APAAN INI SEMUA?!!!

BerengseX...

...ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ...

Dia?
Siapa dia?

Lalu di ujung jalan itu aku cemas menanti dia.
Dia,cuma dia dan hanya dia.

Yah,memang dia yang aku tunggu.

Tetapi siapa?

...TULISAN DI SAAT LAPAR...

Aku benci perut ku.
Di kala mendadak lapar di tengah krisis global.
Akupun benci tak ada keju dan sepotong roti.
Hanya diam dan gigit jari.
Sialnya aku.

...o-o...

Terkadang
Apa
Yang
Kita
Mau
Ngga
Semua
Yang
Terbaik
Bahkan
Yang
Burukpun
Menjadi
Sebuah
Keinginan
Meskipun
Jauh
Dari
Kesempurnaan

...RUNTUHAN RUANG MIMPI...

Terkadang keinginan selalu memaksa kita untuk memiliki.
Tetapi keinginan itu hanyalah sebatas mimpi,mimpi dimana hanya membuat kita terdiam dalam gundah dan meluapkan teriakan kekecewaan.
(huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah)
mengapa semua itu harus selalu terjadi? dalam hitungan waktu dan jarak tempuh yang sangat cepat.
hingga kejenuhan ku membeku menjadi sebuah keceriaan,hiburan dan mungkin juga mimpi buruk.
tidak paham dan memcoba untuk bertanya...

APAKAH KALIAN PERNAH BERMIMPI???
APAKAH MIMPI ITU PERNAH TERJADI???
DAN APAKAH ARTI MIMPI ITU SEBENARNYA???

...KETIKA...

Serasa kebahagian itu datang
setiap kali dan beberapa kali
tetapi bait kegagalan selalu terbaca setiap kali aku bermimpi
arah ku hilang ketika aku bertanya tentang dirimu
aku coba membunuh dengan kebohongan dalam cinta yang ku pendam
debu yang menghalangi mata ku
ku hapus dengan kedua telapak tangan mungilku
mengungkap betapa ada kamu dalam hidupku
tiada suara
ungkapan
bahkan tulisan apa arti ku untuk mu?
jalan ku
langkah ku terus berjalan
mencari potongan cerita
dalam bingkisan sebuah penantian
berharap beribu indahnya
ketika benang harapan begitu tipis
terselip
menyelip
dalam kedip mata dan terjepit
kemudian pupus dalam hitungan detik
ketika datang pada waktunya
aku bertahan tanpa kata
menyimpan suara
dalam sebuah senyuman

...AKU GADIS YANG BERBOHONG UNTUK SEBUAH SENYUMAN...

Gadis itu tersenyum,
merangkul ribuan kebohongan yang dia mau,
Merasa kalian tak berhak tau,
mengapa gadis itu tersenyum...?
Gadis itu tertawa,
terbahak-bahak menyembunyikan kebohongan,
mengunci rapat agar tidak ketahuan,
mengapa gadis itu tertawa...?
Gadis itu menangis,
bersembunyi di balik keceriaan dalam sebuah kebohongan,
tak pernah menjawab,
mengapa gadis itu menangis...?
Gadis itu terdiam,
diam karana semua kebohongan sudah terbongkar,
biarkan karna sudah terlanjur ketawan,
tetapi mengapa gadis itu masih terdiam...?

Tersenyum,
Tertawa,
Menangis,
Dan Terdiam,

Begitu seterusnya...

...KELAM MENENGGELAMKAN MALAM...

Sungguh,aku diam dan merasa diam...
Ketika kelam menenggelamkan sebuah damai di ujung malam....
Melawan rasa cemas yang terdalam...
Dan melamun di alam ketidak sadaran...
Seketika Jari jemari melambai laun mengusir bayang yang tak berwarna...
Mengganti koma dan membiarkan kata bersambung cepat menjadi sebuah kalimat...
Begitu pula kalimat demi kalimat,bersambung menjadi sebuah cerita yang terdalam...
Kemudian cerita itupun tenggelam...
Terbuang...
Dan terasingkan...
Maka biarkanlah aku tenggelam karna rasa cemasku yang begitu dalam...
Dan aku biarkan malam terus malam,cemas kemudian aku terdiam dan kelam selalu membuatku tenggelam...

...IYA & TIDAK...

Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak
Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,Iya,tidak,



Hidup itu tidak KONSISTEN...
Semua tergantung dengan KEADAAN...

...BIARKAN & BIARLAH...

Diantaranya semua bukanlah pilihan.

Di hari-hari yang telah terlewatkan.

...HUKUM RIMBA...

setidaknya bermain dengan harapan,ketika semuanya hilang di santap lahap sang RAJA yang sangat kelaparan...

cukup,tidak diam.
karna diam tidak cukup membuat RAJA merasa kenyang...


...BACOT ANAK BONTOT...

SESEKALI MIMPI TAPI INI NYATA,DAN PATUT DI MENGERTI.
LIHAT...
RASAKAN...
DAN
PAHAMI...
KEMUDIAN WUJUDKAN...